Posts

Yaudahlah

Gue ga pernah mengklaim diri gue adalah orang yang religius. Gue percaya dengan sebuah agama, ajarannya dan Tuhan nya tapi bukan berarti gue orang yang sangat beragama. Hubungan gue dengan Tuhan yang gue percayai bisa dibilang sering pasang surut dengan cepat, semuanya terjadi krn banyak faktor tapi mostly semua faktornya berasal dari dalam diri sendiri. Gue adalah seorang manusia yang tadinya punya banyak mimpi, banyak hal yang gue inginkan di dunia ini, dan sebagai orang yang percaya akan kuasa Tuhan, gue pun berdoa meminta hal hal yang gue impikan sejak lama ini. Ternyata setelah sekian lama gue berdoa dan berharap, mimpi gue tidak (atau belum) dijawab sama yang punya kuasa, dan malah jadi bikin gue kecewa dengan Tuhan, yes manusiawi sekali. Rasa kecewa dengan Tuhan jujur jauh lebih menyakitkan dari pada rasa kecewa dengan manusia. Seperti yang gue bilang di blog gue sebelumnya, gue manusia dengan mimpi yang average, gue bukan ingin jadi manusia paling kaya, paling sukses, paling te

My Average Dreams

Masih ga habis habis rasanya komplain tentang umur 25 tahun. Do i feel left behind at life? Yes. Ngeliat orang orang sekitar udah satu langkah kedepan di hidup mereka, gue ngerasa jadi ketinggalan. Padahal hidup juga bukan tentang perlombaan siapa yang dulu duluanan tapi kok cape nya kayak abis maraton 5km. Gue percaya segala sesuatu ada waktunya untuk setiap orang, ada waktu menabur ada waktu menuai, ada waktu berusaha ada waktu untuk berserah, ada waktu untuk bahagia ada waktu untuk bersedih. Mungkin sekarang adalah waktu untuk gue beristirahat, nanti ada waktu untuk gue berlari mengejar ketertinggalan gue. Honestly in my opinion being average is fine. Gue bukan orang yang selalu mau beda dari orang lain, gue ga begitu ambisius dalam hidup dan gue sangat gapapa dengan menjalani hidup yang kata orang gitu gitu aja. Lulus kuliah di umur 21 tahun, bekerja kantoran, menikah di umur 27 tahun, punya 2 anak, jadi working mom; menurut gue itu hal yang average dan gue menginginkan hidup yang

24, 25..

  - Last day of being 24 - Sejak awal tahun 2022 gue udah mulai terbawa stres dengan umur yang semakin dekat dengan 25. Iya se-takut itu. Mungkin menurut gue yang masih 17 tahun, di umur 25 seharusnya gue udah jadi orang dewasa yang get her own shit together, yang udah bisa mengontrol hidupnya sendiri, yang udah tau banget apa yang akan dilakuin selanjutnya. Nyatanya diumur yang hampir 25 ini gue masih bukan apa-apa. Gue masih seperti diri gue yang 17 tahun, masih ga tau apa yang akan dan harus gue lakuin. Di umur 25 tahun ini gue masih mengeluhkan seberapa beratnya gue tinggal sendiri dan terpaksa untuk mandiri. 25 tahun dan gue semakin ngerasa kesepian, mungkin di luar terlihat bahagia but i actually cried myself to sleep every single night. Gue sering bertanya-tanya apa rasanya 25 tahun masih tinggal sama orang tua, ga harus khawatirin banyak hal, yang ga perlu pusing ngurusin semua hal sendiri, ga perlu ribet nentuin mau makan apa abis pulang kantor karena di rumah udah disiapin

A little reminder

Nobody else is watching you the way you're watching yourself. No one is evaluating or judging you like you're evaluating and judging yourself. Everyone else is far too preoccupied with their own flaws and struggles to look over your every move. By writing that phrase, i just realized that the most toxic person in my life all this time was my own self. I don't judge people the way i judge myself, i was hard on myself, not appreciating every milestone that i've been thru. I can't even remember the last time i gave credit for how much i've grown as a person and how far i've come. Can't even remember the last time i sat down and said "i'm really proud of myself". Can't also remember the last time i celebrated the little things in my life for just because. Life gives me bullet and i'm the one who pulled the trigger. Hope that everything will eventually gets better without any explanations, one day i'll wake up realizing that i'm

2021 was a big piece of sh**

Here i am at the end of 2021 sipping my beer, reflecting on what happened in my life so far especially in 2021. Ternyata tahun ini masih bukan menjadi tahun terbaik gue. Banyak hal yang tetap bisa gue syukuri tapi gue masih merasakan kekosongan dalam diri gue. Tahun ini gue melihat banyak teman teman gue yang udah memulai chapter baru dalam hidup mereka, ada yang tunangan sama pacarnya dari SMP, ada juga yang tunangan dengan orang yang baru mereka kenal 5 bulan, ada yang menikah, ada yang hamil, ada yang melahirkan, ada yang hamil anak ke-2, ada yang berhasil dalam pekerjaannya, punya jabatan bagus, keterima CPNS, punya pacar baru dan hal hal menarik lainnya di hidup mereka. Ga mau bullshit dengan bilang gue ga iri, ya jelas lah gue iri dengan semua pencapaian teman-teman gue yang rasanya masih sangat jauh untuk gue capai bahkan kayaknya emang ga mungkin juga bisa ngerasain pencapaian dan kebahagiaan yang mereka punya. Tapi dibalik semua kebahagiaan dan pencapaian orang lain itu gue ju

the memories that a house holds

Pindah rumah selalu bikin gue emosional. Seumur hidup gue selama 24 tahun ini kayaknya udah 6 kali ikut orang tua pindah rumah dan 6 kali pindah kosan sendiri. Untuk orang yg mageran dan ga suka beradaptasi dengan lingkungan baru gue muak memang pindahan terus, packing dan bongkar barang barang tuh selalu malesin. Tapi setiap kali pindah selalu ngerasa emosional karena banyak kenangan yang harus ditinggalin. Rumah pertama gue ga inget sama sekali karena gue hanya 3 tahun disitu sejak gue lahir dan ga ada memori nya, gue juga lebih sering main di rumah oma yang persis banget sebelah rumah gue jadi kenangannya banyakan di rumah oma hehe. Rumah masa kecil gue sejujurnya ga banyak yang bisa gue kenang juga sih, yang gue inget adalah gue punya halaman belakang dan dulu kita melihara ayam jadi suka main di halaman belakang. Halaman depannya nyatu sama halaman depan gereja jadi cukup luas untuk gue main sepeda, gue belajar naik sepeda di rumah ini. Sekarang rumahnya udah di renovasi dan udah

Rumput Tetangga Selalu Lebih Hijau

Hidup emang ga akan pernah adil dan rumput tetangga emang akan selalu terlihat lebih hijau. Kadang kita hanya selalu ngeliat rumput tetangga kita tanpa kita sadar bahwa rumput kita bahkan udah berbunga. Terkadang gue pun sering banyak menuntut, ingin juga memiliki apa yg dimiliki orang lain, hal hal itu yang bikin gue jadi ga bersyukur dengan apa yang gue punya. Tanpa sadar ternyata orang lain juga mengingini apa yang gue miliki sekarang. Gue sering mengeluh kalau kesepian tinggal di ibu kota ini (ga juga sih, lebih tepatnya pinggiran kota). Merantau jadi hal yang selalu gue gumuli beberapa tahun ini, harus tinggal jauh dari orang tua dan terpaksa untuk mandiri bukanlah sesuatu hal yang pernah gue pikirin disaat gue masih remaja. Tapi ternyata ga berasa juga gue udah merantau selama 6 tahun, bener-bener jadi sesuatu hal yang menyeramkan banget buat gue dulu disaat awal ngejalaninnya. Kalau dipikir-pikir merantau disaat kuliah tuh ga ada apa-apanya dibanding merantau disaat udah kerja g