Settle For Less?

Walaupun gue sedang bahagia bahagianya dengan hidup, tapi ga bisa bohong juga kalau memang ada kekhawatiran tentang masa depan. Gue mulai dihantu hantui dengan angka 24. Saat masih umur 20 tahun rasanya gampang banget waktu ngomong mau nikah diumur 25 tahun, sekarang saat gue udah di 24 tahun dan masih dengan kehidupan yang gini gini aja, tiba-tiba mulai parno juga apakah gue bisa nikah atau engga. Gue tau sih nikah itu harusnya bukan jadi patokan utama dalam kehidupan, karena yang terpenting adalah kita harus bahagia ngejalanin kehidupan. Tapi gue sebagai orang yang sangat ingin punya kehidupan stabil, salah satu cara gue punya kehidupan stabil adalah dengan punya pekerjaan tetap, menikah dan punya anak.

Setiap hari Sabtu dan Minggu kalau buka instagram pasti ngeliat temen-temen yang lagi pada ke kondangan, Setiap weekday di grup ada aja yang ngirim undangan virtual pernikahan. Rasanya mulai ketinggalan jauh dari yang lain. Ngeliat teman-teman yang dulu seangkatan sekarang udah pada nikah, punya anak, dan ngejalanin kehidupan mereka sebagai mahmud dan pahmud, gue mulai gelisah ngeliat setiap weekday gue cuma berangkat kantor terus pulang tidur, weekend nya cuma dipake rebahan sambil nonto netflix sendirian.

Gue mulai mengevaluasi diri gue, salahnya dimana sih kok bisa belom ada hilal hilal nikahnya. Apa gue terlalu jelek, terlalu gendut, terlalu pendek, ga punya kepribadian yang asik, terlalu galak untuk diajak ngobrol atau gimana ya. Saking pusingnya mikirin hal-hal itu yang cuma buat gue semakin rendah diri aja, gue berusaha mengubah pemikiran gue sendiri. To never settle for less. Gue bertahan hidup 24 tahun bukan untuk jadi rendah di depan orang lain agar dipilih atau disukai. Bahkan nulis kayak gini pun sebagai bentuk afirmasi ke diri sendiri kalau gue bisa lebih besar dari itu. Hidup ini bukan perlombaan tentang siapa yang lebih sukses, siapa lebih kaya, siapa lebih cepat nikah, siapa yang anaknya paling banyak. Garis akhir dari kehidupan ini ya kematian, ga ada yang tahu garis akhirnya masing-masing. Hidup ini terlalu singkat kalo setiap hari gue cuma mikirin kapan gue nikah, kapan gue punya anak, sementara gue lupa untuk bahagia dan bersyukur untuk apa yang gue punya sekarang.

Comments

Popular posts from this blog

Let's Talk About Movies!

Yaudahlah

My Average Dreams